Tradisi Adat Masyarakat Batak Toba

Hasil gambar untuk mangongkal holi
Menurut W. J. S Poerwadarminto (1976),  Tradisi merupakan segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya yang turun-temurun dari nenek moyang. Berdasarkan pendapat tersebut, Mangongkal Holi merupakan suatu tradisi di Tanah Batak yang merupakan suatu kepercayaan dimana pada awalnya kata Mangongkal Holi berasal dari kultur Batak Pra-Kristen yang menganggap Mangongkal Holi sebagai salah satu penghormatan kepada orang tua atau leluhur yakni dengan meninggikan posisi tulang belulang di atas tanah khususnya di bukit yang tinggi ataupun batu yang keras.  Acara adat Mangongkal holi merupakan bagian dari adat Panangkok saring-saring.
Mangongkal holi merupakan salah satu upacara adat suku Batak Toba, mangongkal artinya menggali, sedangkan holi artinya adalah tulang belulang maka dapat disebut dengan menggali tulang belulang, kemudian tulang belulang dipindahkan ke dalam peti dan dimasukkan ke dalam kuburan yang baru. Upacara adat pengangkatan atau memindahkan tulang belulang ke makam yang baru disebut dengan upacara adat Panangkok Saring-saring. Pelaksanaan upacara adat ini jika tidak menggunakan musik berupa gondang maka pesta tersebut disebut dengan Pesta Hundul atau Partangiangan akan tetapi proses adatnya dengan upacara adat Panangkok Saring-saring ketika menggunakan musik berupa gondang tetap sama, hanya saja tidak ada acara manortor dalam upacara adat tersebut, sehingga proses upacara adat Panangkok Saring-saring tersebut terlaksana dengan cepat. Tradisi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit mengingat kehidupan ekonomi suku batak secara umum, selain itu butuh kerjasama dan persetujuan yang baik dari semua pihak keluarga, supaya upacara adat ini terlaksana dengan baik.

 Proses Mangongkal Holi
Dalam kegiatan Mangongkal Holi, banyak tatacara yang harus dilakukan terlebih dahulu. Bukan hanya semata menggali dan memindahkan tulang belulang dari tempat asalnya ke tempat yang diinginkan  tetapi harus memenuhi tata cara yang telah disepakati oleh ketua adat sejak waktu yang lama.
Hal pertama yang dilakukan dalam proses Mangongkal Holi yaitu :
1.      Manopot Angka Hula-Hula ni Si Okkalon
Tinopot ma aka hula-hula ni si okalon I (raja keluarga dari kelompok marga istri baik kandung maupun hanya hubungan marga)
a. ima bona ni arina (yaitu kelompok marga istri yang ingin digali/ tiga tingkatan di atas pihak yang memiliki acara disebut juga paman dari nenek yang melakukan acara)
b. hula-hulana nan i okal (keluarga kandung atau satu marga atau klan pihak istri yang akan digali).
c. Tulang na (pihak paman dari anak atau cucu yang ingin melakukan upacara).
Tujuan dari pemanggilan ketiga pihak ini antara lain untuk memberitahukan atau meminta restu serta mengundang mereka turut hadir dalam upacara yang akan dilakukan.

2.          Martonggoraja
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan dari pihak keluarga, kapan hari H pelaksanaan, peralatan, dan biaya yang diperlukan dengan mengumpulkan semua anggota keluarga yang akan melaksanakan upacara,  mengundang dongan tubu, tulang, dongan sahuta agar kegitan tersebut terlaksanan dengan baik.
Pihak dari anak atau semua keturunan dari semua orang tua yang akan digali makamnya dan semua para pihak undangan yang turut membantu dalam pembagian tugas yang dilakukan pada saat martonggo raja, pada saat jam yang sudah ditentukan pada malam martonggo raja satu dari pihak paman haruslah berdiri sambil membacakan doa guna keselamatan dan penggalian agar cepat bisa menemukan tulang-belulang yang akan digali.
3.      Proses Penggalian Makam
Setelah martonggoraja ditetapkan dengan hasil-hasil mufakat, maka selanjutnya melaksanakan acara mangongkal holi. Pada hari H yang sudah disepakati, semua unsur kerabatan Dalian Na Tolu (somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek boru) yang diharapkan hadir telah berada dirumah (rumah dari keluarga yang melaksanakan mangongkal holi). Pihak hula-hula terlebih dahulu melakukan ibadah sebelum menuju kekuburan yang akan digali.
a.       Pemuka agama yang akan membuka acara di pemakaman dan pemuka agama berperan untuk memanjatkan doa dan melantunkan puji-pujian terhadap Tuhan yang Maha Esa guna melancarkan acara penggalian dan setelah acara kebaktian singkat ini dilakukan, maka penetuah atau pemuka agama yang layak pertama kali mencangkul makam yang akan digali setelah itu dilanjutkan oleh :
b.      Bona ni ari (paman dari pihak mendiang yang akan digali) sebagi pembuka dalam penggalian tersebut setelah pihak pemuka agama.
c.       Setelah itu berdirilah pihak paman dan berbicara seperti yang di atas setelah itu ikut mencangkul sebanyak 3 kali.
d.      Setelah itu pihak mertua ikut berdiri dan ikut mencangkul sebanyak 3 kali.
e.       Setelah pihak mertua barulah pihak anak satu perut atau anak kandung serta anak kesayangan atau anak yang terakhir, selanjutnya mencangkul tanah makam itu sebanyak 3 kali.
f.        Setelah itu, pihak anak menyampaikan kepada pihak boru (keturunan perempuan atau suami dari keturunan perempuan) agar dilanjutkan sampai tulang belulang ditemukan.
g.      Setelah ditemukan tulang belulangnya, maka diberitahukan kepada pihak boru hasuhutan (suami dari anak perempuan kandung, bukan karena marga) untuk mengangkat tulang-belulangnya.
Di makam sudah bersedia pihak dari keturunan laki-laki yang siap menerima tulang-belulang, yang diangkat dari bawah dan dilakukan oleh pihak suami dari saudara perempuannya,(untuk menjaga agar tulang tetap bersih dan dalam keadaan baik harus disiapkan air yang bercampur karbol). Setelah selesai dibersihkan, maka pihak keluarga anak tertua dari keturunan yang digali tulang-belulangnya, mengumumkan bahwa penggalian telah selesai dan acara di makam telah selesai. Setelah semua selesai, pihak anak menyampaikan sepatah, dua patah kata kepada pihak paman untuk memberikan ulos timpus (kain khas Batak yang melapisi atau membungkus tulang-belulang).
4.      Upacara Serah Terima Tulang
Setelah selesai acara baik penggalian, pembersihan tulang-belulang maupun acara pembungkusan yang dilakukan oleh pihak paman, maka dilanjutkan dengan acara serah terima tulang-belulang dari pihak paman kepada pihak keturunan dan dilanjutkan dengan ucapan terimakasih serta ajakan ke acara memasukan ke dalam tugu yang telah disiapkan sebagai bentuk penghormatan terhadap pihak paman dari kakek.
5.      Upacara Mangokal Holi
Setelah acara di atas, dilanjutkan pada pengucapan terimakasih serta penghormatan terhadap pihak paman selaku pihak yang paling dihormati pada suku Batak, dilanjutkan pula pada acara membawa tulang-belulang yang telah dibersihkan dan dibungkus rapi tadi masuk ke dalam peti, kemudian dibawa oleh pihak istri (kalau masih ada, kalau sudah tiada maka anak perempuan tertua sebagai pengganti), dengan menaruh di atas kepala.
Proses memberikan kata-kata terakhir ditujukan pada semua keturunan yang hadir dan berlanjut memasukan tulang belulang ke dalam tugu yang telah disediakan. Penetuah gereja datang untuk memberikan doa dan berkat, namun ketika berhalangan hadir dapat digantikan oleh pendeta yang telah diatur oleh pihak gereja karena pada umumnya masyarakat Batak Toba beragama Kristen Protestan.

Keperyacaan dalam Upacara Mangongkal Holi
Acara ini dilatarbelakangi keyakinan suku Batak Toba terhadap nenek moyangnya, masyarakat Batak Toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur ,mengingatkan dan memberi petuah. Tetapi sebaliknya roh tersebut juga dapat mendatangkan bahaya, kesusahan, bencana, penyakit dan kematian jika keturunannya tidak berbuat baik, hal ini merupakan bentuk penghormatan atau pemujaan terhadap nenek moyang. Kepercayaan ini mendorong suku Batak Toba untuk menjalin hubungan yang erat dengan nenek moyangnya. Bentuk penghormatan atau pemujaan tersebut ditampakkan dalam ritus atau upacara besar.
Upacara Mangokal Holi ini bertujuan untuk mendapatkan Hagabean, Hasangapan dan Hamoraon (panjang umur, kehormatan, dan kekayaan). Meskipun zaman terus berubah namun tradisi ini tetap dipertahankan hingga saat ini. Menurut adat, pelaksanaan  penggalian itu, hendaklah disaksikan oleh unsur Dalian Na Tolu yaitu dongan sabutuha, boru/bere, hula-hula dan wajib bila dongan sahuta (papopat sihal-sihal) ikut menyaksikannya.

Komentar

  1. Bagus sekalii indonesia memang kaya akan budaya �� boleh tanya ga tentang seputar mangongkal holi?

    BalasHapus
  2. merit casino【VIP】【Malaysia】
    【VIP】【WG】best gambling sites kadangpintar in Malaysia【VIP】【WG98.vip】,best 바카라 casinos in 【WG】malaysia casino gambling,【WG】lucky 7 casino,gifts of 메리트 카지노 주소

    BalasHapus

Posting Komentar